Pernah menjadi koordinator sie kesekretariatan (selanjutnya disebut koor kestari) dalam berbagai kepanitiaan adalah suatu pengalaman yang berharga.
Mungkin hanya aku koor kestari abadi pria yang ada dalam sejarah kepanitiaan di kampusku. Dalam berbagai event yang kuketahui, kebanyakan koor kestari adalah perempuan, bukan hanya kebanyakan tapi semuanya sih.
Abadi adalah sifat yang dilekatkan pada diriku, karena tidak main-main, aku telah terlalu sering menjadi koor kestari, menjadi koordinator anggota-anggota yang kebanyakan perempuan. Bahkan pernah dalam suatu kepanitiaan, aku satu-satunya pria di kestari, aku koornya dan semua anggotaku perempuan.
Pengalaman kekestarianku dimulai saat menjadi anggota dari Mbak Nila, selaku koor kestari Enumeration 2013. Saat itu tidak ada yang mengira orang yang sangar seperti aku menjadi sie yang feminim tersebut. Lalu di waktu yang sama aku menjadi koor kestari Kongres Tahunan HIMIT 2013, inilah awal mula aku jadi koordinator sie yang mengurusi masalah absensi dan rekapitulasi.
Lalu, memasuki semester baru, aku ditunjuk menjadi koordinator kestari Pengenalan Departemen, FPWP, LKMM Pra-TD, Study Excursie, dan yang paling terakhir dan berkesan adalah Enumeration 2014. Seingatku hanya itu, tapi perasaan masih banyak. Atau hanya perasaanku saja.
Kekestarianku tidak hanya di kampus sendiri, PENS, tapi juga di kampus sebelah, ITS. Aku menjadi anggota sie kestari dalam kegiatan GMAIL JMMI ITS 2013.
Banyak hal telah kupelajari ketika menjadi koor kestari abadi tersebut. Berbagai pengalaman telah kudapat ketika menjadi koor sie yang dianggap sepele tersebut. Bukankah kita ikut kepanitiaan dan organisasi karena ingin mendapatkan sesuatu? Walaupun bukan softskill, minimal kita mendapatkan hikmah di balik usaha kita. Maka, berikut poin-poin yang aku dapatkan selama menjadi koor kestari :
Mungkin hanya aku koor kestari abadi pria yang ada dalam sejarah kepanitiaan di kampusku. Dalam berbagai event yang kuketahui, kebanyakan koor kestari adalah perempuan, bukan hanya kebanyakan tapi semuanya sih.
Abadi adalah sifat yang dilekatkan pada diriku, karena tidak main-main, aku telah terlalu sering menjadi koor kestari, menjadi koordinator anggota-anggota yang kebanyakan perempuan. Bahkan pernah dalam suatu kepanitiaan, aku satu-satunya pria di kestari, aku koornya dan semua anggotaku perempuan.
Pengalaman kekestarianku dimulai saat menjadi anggota dari Mbak Nila, selaku koor kestari Enumeration 2013. Saat itu tidak ada yang mengira orang yang sangar seperti aku menjadi sie yang feminim tersebut. Lalu di waktu yang sama aku menjadi koor kestari Kongres Tahunan HIMIT 2013, inilah awal mula aku jadi koordinator sie yang mengurusi masalah absensi dan rekapitulasi.
Lalu, memasuki semester baru, aku ditunjuk menjadi koordinator kestari Pengenalan Departemen, FPWP, LKMM Pra-TD, Study Excursie, dan yang paling terakhir dan berkesan adalah Enumeration 2014. Seingatku hanya itu, tapi perasaan masih banyak. Atau hanya perasaanku saja.
Kekestarianku tidak hanya di kampus sendiri, PENS, tapi juga di kampus sebelah, ITS. Aku menjadi anggota sie kestari dalam kegiatan GMAIL JMMI ITS 2013.
Banyak hal telah kupelajari ketika menjadi koor kestari abadi tersebut. Berbagai pengalaman telah kudapat ketika menjadi koor sie yang dianggap sepele tersebut. Bukankah kita ikut kepanitiaan dan organisasi karena ingin mendapatkan sesuatu? Walaupun bukan softskill, minimal kita mendapatkan hikmah di balik usaha kita. Maka, berikut poin-poin yang aku dapatkan selama menjadi koor kestari :